Sinopsi

Hidup Adalah Perjuangan untuk Menggapai Suatu Keinginan

Sabtu, 18 Oktober 2008

Mendidik Anak


Memiliki anak yang lucu dan lincah sangatlah menyenangkan. Namun, memiliki anak yang lucu, lincah, cerdas, kreatif dan bahkan jenius, tentu lebih menarik dan membanggakan. Anak adalah "kekayaan" yang tak ternilai. Anak adalah "investasi" dunia akhirat. Anak adalah amanah bagi orang tua. Tugas orang tua adalah memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Sehingga kelak anak bisa tumbuh dan berkembang, tidak hanya lucu, namun juga cerdas, kreatif dan bahkan jenius. Orang tua tidak bisa mengandalkan pendidikan anaknya kepada sekolah. Demikian juga, orang tua tidak bisa mengandalkan pengetahuan tentang cara mendidik anak dari leluhur saja, tanpa belajar dan menerapkan metode dan penemuan terbaru. Pendidikan anak adalah perkara yang sangat penting di dalam Islam. Di dalam Al-Quran kita dapati bagaimana Allah menceritakan petuah-petuah Luqman yang merupakan bentuk pendidikan bagi anak-anaknya. Begitu pula dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita temui banyak juga bentuk-bentuk pendidikan terhadap anak, baik dari perintah maupun perbuatan beliau mendidik anak secara langsung.
Seorang pendidik, baik orang tua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan putra-putri islam. Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang Mulia

Bagaimana cara mencetak anak cerdas, kreatif dan jenius itu ?
  • Seseorang yang telah memiliki anak dan memimpikan anaknya anak cerdas, kreatif dan jenius
  • Seseorang yang merencanakan memiliki anak dan menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang secara maksimal
  • Seseorang yang akan segera menikah, dan ingin mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua yang baik bagi anaknya
  • Pemerhati bidang pendidikan, khususnya pendidikan anak
  • Pendidik / guru
  • Orang tua yang ingin anaknya mendapatkan pendidikan dini terbaik
  • Orang tua yang mengalami kesulitan dalam mendidik anak
  • Seorang yang ingin menambah pengetahuan dan wawasan tentang cara mencetak anak cerdas, pintar dan berprestasi
  • Atau siapapun Anda


  • Perkembangan kecerdasan Anak Anda, ada di tangan Anda Sendiri

Untuk melatih dan mencetak anak cerdas dan kreatif semua itu tergantung pada orang tua. terutama ibu, mengapa demikian karena ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak. Ibu yang lebih mendalami sifat dan sikap seorang anak. Kalau orang rua tidak kreatif dan tanggap terhadap anak maka akan membuat anak menjadi pemurung dan tidak berkembang. Berikut beberapa alasannya mengapa orang tua lebih berperan penting dalam mendidik anak :

  • Orang tua adalah "sekolah" pertama bagi kehidupan anak. Dari orang tuanya anak mendapatkan semua materi pelajaran kehidupan ini, untuk yang pertama kalinya.
  • Orang tua adalah yang paling mengetahui anaknya. Karena itulah, ia adalah orang yang paling mengerti bagaimana memaksimalkan pengembangan kecerdasannya
  • Anak menghabiskan sebagian besar waktu bersama orang tua. Karena itu, apa yang didapatkan anak dari orang tuanya akan menentukan bagaimana perkembangan kecerdasannya.
  • Masa anak adalah masa keemasan bagi perkembangan kecerdasan. Sehingga perlakukan orang tua, sangat menentukan bagaimana tingkat kecerdasannya kelak
  • Orang tua adalah pemegang amanah atas anak dari Tuhan. Karena itulah, ia menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas anaknya, termasuk dalam masalah pengembangan kecerdasannya.

Melihat begitu besarnya peran orang tua bagi perkembangan kecerdasan anak dan pendidikan anak, maka sudah selayaknya setiap orang tua memperhatikan masalah ini dengan lebih serius

Contoh beberapa kasus cara mendidik anak dengan baik

  • Kalau anak terjatuh, kita akan langsung menggendongnya dan melindunginya, bersikap seolah-olah si anak baru saja mengalami musibah yang sangat besar.

· Menganggap si anak sebagai orang bodoh
Kita sering berkata, "Ah, anak kecil, Tahunya apa!"

Padahal, banyak anak kecil yang berhasil menunjukkan kehebatan mereka. Mereka berhasil membuktikan bahwa mereka adalah orang-orang yang pintar dan hebat, walau usia masih amat muda.

Saya kira, kita harus menghargai eksistensi setiap anak, apalagi kalau anak sendiri! Kita justru harus memperlakukan mereka sebagai seorang manusia yang berpotensi. Kita tak pernah tahu persis, seberapa besar ilmu pengetahuan yang sudah tersimpan di kepala anak kita. Karena itu, jangan sekali-kali menganggap mereka bodoh, belum tahu apa-apa, dan sebagainya.
Dengan memperlakukan mereka secara wajar, ini akan mendidik anak menjadi seorang manusia yang percaya diri sehingga ia akan lebih mudah meraih sukses.

Contoh beberapa kasus cara mendidik anak yang tidak baik

· Terlalu banyak melarang.
"Jangan nak, nanti kamu jatuh."
"Jangan main air dong, nanti masuk angin."
"Kok makannya belepotan gitu? Jorok tahu!"
"Itu nasi kok dibuang? Kan mubazir!"
Anak adalah jenis manusia yang sedang dalam proses belajar. Jadi wajar dong, kalau mereka sering melakukan kesalahan. Jika mereka membuang nasi misalnya, langkah terbaik bukanlah memarahi mereka dan mengatakan itu mubazir. Tapi alangkah baiknya jika kita memberitahu mereka dengan cara yang lebih menyenangkan, dan bisa diterima oleh pikiran mereka yang masih terbatas.

  • Memarahi anak jika mereka bertanya

Mungkin kita punya anak yang terlalu banyak bertanya. Karena bosan dan jengkel, kita memarahinya, mengatakan mereka cerewet, bahkan menyuruhnya untuk tidak terlalu banyak bertanya.
Padahal, anak yang cerewet atau sering bertanya, sebenarnya adalah anak yang sangat pintar. Mereka ingin tahu banyak hal. Karena itu, cobalah untuk bersabar menghadapi mereka. Jawablah pertanyaan2 mereka sebisa mungkin, dengan cara yang menyenangkan. Dengan cara seperti ini, kreativitas dan kecerdasan anak akan tumbuh dengan sewajarnya.

· Jika anak terjatuh karena menyenggol meja, kita memukul mejanya dan mengatakan pada si kecil bahwa meja itu jahat.
atau:
kalau anak A memukul anak B sehingga si B menangis, kita akan (pura-pura) memukul si A di depan si B agar si B tidak menangis lagi.
Sikap seperti ini akan mendidik anak menjadi manusia pendendam. Si anak juga akan terdidik untuk menjadi manusia yang tidak pernah merasa bersalah. "Pokoknya apapun yang terjadi, yang salah adalah orang lain, bukan saya!"Menakut-nakuti si anak akan adanya hantu.
Biasanya, cara seperti ini digunakan oleh orang tua jika anak mereka bandel atau tidak bisa diberitahu.
memang, dalam jangka pendek sikap seperti ini biasanya efektif. Tapi untuk jangka panjang, ini justru tidak baik. SI anak akan tumbuh menjadi seorang yang penakut. ia akan takut pada hantu, padahal hanti atau jin sebenarnya tak perlu ditakuti. Mereka adalah makhluk yang jauh lebih rendah dari manusia. Mulai sekarang, kita justru harus menamamkan pengertian pada anak bahwa hantu tak perlu ditakuti. Kita justru harus "anggap remeh" terhadap hantu.

Kiat-kiat mendidik anak

1. Cegahlah ia dari mengambil sesuatu milik temannya, baik dari keluarga terpandang (kaya), sebab itu merupakan cela, kehinaan dan menurunkan wibawa, maupun dari yang fakir, sebab itu adalah sikap tamak atau rakus. Sebaliknya, ajarkan ia untuk memberi karena itu adalah perbuatan mulia dan terhormat.

2. Anjurkanlah ia untuk memiliki jiwa pemberani dan sabar dalam kondisi sulit. Pujilah ia jika bersikap demikian, sebab pujian akan mendorongnya untuk membiasakan hal tersebut.

3. Jika anak telah mencapai usia tujuh tahun maka harus diperintahkan untuk salat dan jangan sampai dibiarkan meninggalkan bersuci (wudhu) sebelumnya. Cegahlah ia dari berdusta dan berkhianat. Dan jika telah baligh, maka bebankan kepadanya perintah-perintah.

4. Biasakan anak-anak untuk bersikap taat kepada orang tua, guru, pengajar (ustad) dan secara umum kepada yang usianya lebih tua. Ajarkan agar memandang mereka dengan penuh hormat. Dan sebisa mungkin dicegah dari bermain-main di sisi mereka (mengganggu mereka).

5. Melarangnya dari membanggakan apa yang dimiliki orang tuanya, pakaian atau makanannya di hadapan teman sepermainan. Biasakan ia bersikap tawadhu’, lemah lembut dan menghormati temannya.

6. Tumbuhkan pada anak (terutama laki-laki) agar tidak terlalu mencintai emas dan perak serta tamak terhadap keduanya. Tanamkan rasa takut akan bahaya mencintai emas dan perak secara berlebihan, melebihi rasa takut terhadap ular atau kalajengking.

7. Jangan dibiasakan melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi, sebab ketika ia melakukannya, tidak lain karena adanya keyakinan bahwa itu tidak baik.

8. Biasakan agar anak melakukan olah raga atau gerak badan di waktu pagi agar tidak timbul rasa malas. Jika memiliki ketrampilan memanah (atau menembak, red), menunggang kuda, berenang, maka tidak mengapa menyibukkan diri dengan kegiatan itu.

Daftar Pustaka :
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080303051102AAuaUVY

http://www.pembelajar.com/wmview.php?ArtID=1219

http://jilbab.or.id/archives/175-30-kiat-mendidik-anak/

http://salam-online.web.id/2007/03/17/tigapuluh-kiat-mendidik-anak-2.html

Jonru.multyply.com/journal/item/64-36K

Tidak ada komentar:

Contact Me :

Tri Handayani
email : peribaikhati00@yahoo.co.id
web : peribaikhati00.blogspot.com
Phone : 0813 4629 8192