Sinopsi

Hidup Adalah Perjuangan untuk Menggapai Suatu Keinginan

Minggu, 08 Februari 2009

T4(KARYA ILMIAH)

Hawa nafsu terdiri dari dua perkataan: hawa (الهوى) dan nafsu (النفس).
"Dalam bahasa Melayu 'nafsu' bermakna keinginan, kecenderungan atau dorongan hati yang kuat. Jika ditambah dengan perkataan hawa (=hawa nafsu), biasanya dikaitkan dengan dorongan hati yang kuat untuk melakukan perkara yang tidak baik. Adakalanya bermakna selera, jika dihubungkan dengan makanan. Nafsu syahwat pula bererti keberahian atau keinginan bersetubuh.[1]"
"Ketiga-tiga perkataan ini (hawa, nafsu dan syahwat)berasal dari bahasa Arab:
Hawa (الهوى): sangat cinta; kehendak.
Nafsu (النفس): roh; nyawa; jiwa; tubuh; diri seseorang; kehendak; niat; selera; usaha.
Syahwat (الشهوة): keinginan untuk mendapatkan yang lazat; berahi.[2]"
Ada sekolompok orang menganggap hawa nafsu sebagai "syaitan yang bersemayam didalam diri manusia," yang bertugas untuk mengusung manusia kepada kefasikan atau pengingkaran.
Memperturuti hawa nafsu akan membawa manusia kepada kerusakan. Akibat pemuasan nafsu jauh lebih mahal ketimbang kenikmatan yang didapat darinya. Hawa nafsu yang tidak dapat dikendalikan juga dapat merusak potensi diri seseorang.
Sebenarnya setiap orang diciptakan dengan potensi diri yang luar biasa, tetapi hawa nafsu dapat menghambat potensi itu muncul kepermukaan. potensi yang dimaksud di sini adalah potensi untuk menciptakan keadilan, ketenteraman,keamanan, kesejahteraan, persatuan dan hal-hal baik lainnya.
Namun karena hambatan nafsu yang ada pada diri seseorang potensi-potensi tadi tidak dapat muncul kepermukan (dalam realita kehidupan). Maka dari itu mensucikan diri atau mengendalikan hawa nafsu adalah keharusan bagi siapa saja yang menghendaki keseimbangan, kebahagian dalam hidupnya karena hanya dengan berjalan dijalur-jalur yang benar sajalah menusia dapat mencapai hal tersebut
Tingkatan Nafsu
Allah berfirman yang maksudnya :
"Beruntunglah orang yang membersihkan hatinya dan rugilah orang yang mengotorinya"
Islam menganggap nafsu itu sebagai musuh. Allah SWT telah menegaskan yang maksudnya :
"Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan"
Dalam ayat ini digunakan tiga bentuk ketegasan, yakni in - taukik, lam - taukik dan fill (Isim fill mubalaghah). Ini menunjukkan bentuk penekanan yang "sungguh-sungguh" membawa kepada kejahatan.
Nafsu adalah musuh dalam diri. Bahkan ia sebagian daripada diri manusia. Ia adalah jismul latif (jisim yang tidak dapat dilihat). Ia sebagian daripada badan tetapi ia perlu dibuang. Jika tidak dibuang ia musuh, hendak dibuang ia sebagian daripada diri. Oleh karena itu sangat sulit untuk melawan hawa nafsu. Nafsu adalah jalan atau high way bagi syaitan. Ini diterangkan oleh hadis Rasulullah SAW yang maksudnya :
"Sesungguhnya syaitan itu bergerak mengikuti aliran darah, maka persempitkan jalan syaitan melalui lapar dan dahaga"
Ini menunjukkan syaitan dapat dilawan dengan melawan hawa nafsu secara mengurangi makan atau berpuasa. Jika nafsu tidak terdidik, jalan syaitan adalah besar. Sedangkan syaitan itu juga adalah musuh. Firman Allah yang maksudnya :
"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata"
Penegasan tentang syaitan sebagai musuh hanya sekali berbanding dengan tiga kali pada nafsu. Ini menunjukkan nafsu lebih jahat daripada syaitan. Syaitan dapat lorong (peluang) yang amat luas untuk merusak manusia jika nafsu tidak terdidik.
Menghalau (mengalahkan) syaitan tidak dapat ditiup atau dijampi-jampi. Tetapi didiklah hawa nafsu, niscaya syaitan akan sukar untuk mempengaruhi diri. Jika nafsu terdidik, jalan syaitan akan terputus. Yang bisa dijampi dengan ayat-ayat Quran ini ialah bila syaitan merusak jasad lahir manusia. Jika ini terjadi, syaitan bisa dilawan dengan ayat Kursi, surah An Naas atau lain-lain. Memang ada nas yang menyatakan demikian. Tetapi jika syaitan merusak hati, jampi-jampi itu tidak dapat digunakan lagi tetapi hendaknya didiklah hawa nafsu. Sedangkan bila hati rusak, rusaklah seluruh anggota badan. Oleh karena itu, pada syaitan tdak usah ambil pusing sangat tetapi didiklah nafsu, bermujahadahlah. Jika nafsu tidak terdidik maka mudahlah jalan syaitan mempengaruhi kita. Oleh karena itu perangilah nafsu nescaya secara otomatis akan terpengaruhlah syaitan.
Nafsu diperlukan untuk manusia. Dengan nafsu manusia bisa menjadi kecewa, celaka dan dapat masuk Neraka. Tetapi nafsu juga bisa menjadi alat untuk sampai kepada kebahagiaan di dunia sebelum sampai ke Akhirat.
Ketika Allah menciptakan akal, Allah bertanya kepada akal, "Siapakah kamu, siapakah Aku ?" Jawab akal, "Saya hamba, Engkau Tuhan". Kemudian Allah arahkan akal agar maju ke depan dan mundur ke belakang. Akal turut perintah Allah, ini menunjukkan akal begitu taat.
Kemudian Allah iringkan dengan mencipta nafsu, ketika Allah tanya nafsu "Hai nafsu, siapa engkau, siapa Aku ?" jawab nafsu dnegan sikap membantah, "Engkau-Engkau, aku-aku" Allah murka dengan nafsu. Allah berikan didikan supaya insaf pada nafsu. Allah masukkan ke Neraka selama 100 tahun, dipukul, dibakar hingga tinggal arang dan hangus. Bila diangkat Allah tanya lagi "Siapa engkau, siapa Aku ?" baru dia kenal Tuhan, "Engkau Tuhan, aku hamba"
Bila Allah ciptakan Nabi Adam as, Allah masukkan akal dan nafsu dalam tubuhnya. Ketika Adam datang ke bumi, zuriat manusia bertambah, maka nafsu dan akal tidak dapat dipisahkan. Kemungkaran yang terjadi di atas muka bumi ini adalah dari nafsu, bukan dari akal.
Bila akal dan nafsu ada dalam tubuh manusia, maka terjadilah pertentangan di antara satu sama lain. Peperangan nafsu dan akal tidak pernah henti-henti, kadang-kadang menang nafsu, kadang-kadang menang akal. Buktinya bila berhadapan dengan kebaikan, nafsu ajak kepada kejahatan, akal ajak kepada kebaikan. Kalau kita ikut nafsu, kita kalah, ikut akal kita menang. Namun bagaimanapun nafsu perlu untuk manusia. Bila nafsu habis, manusia akan habis. Contohnya nafsu seks, kalau tidak ada, maka zuriat manusia tidak akan berkembang. Begitu juga dengan nafsu makan, tidak akan habis ia merupakan semula jadi. Kalau nafsu makan tidak ada, orang itu akan mati. Tentang nafsu kelamin ini pernah datang seorang sahabat kepada Rasulullah dan memberitahu untuk membunuh nafsu kelaminnya agar ia dapat berjuang sungguh-sungguh, tetapi Rasulullah melarang, sebab Rasulullah juga berumah tangga dan suka dengan zuriat ramai.
Pernah suatu saat ada seorang sahabat mengadu kepada Rasulullah untuk berpuasa terus menerus, agar dapat lebih berbakti kepada Allah. Itupun Rasulullah larang karena Baginda juga berpuasa dan juga berbuka. Rasulullah juga bermasyarakat dan berjuang untuk menegakkan dunia dan Akhirat. Jadi Rasulullah memberi jalan tengah, bahwa nafsu ini adalah perlu untuk manusia. Cuma jangan tersalah langkah, ia akan ke Neraka. Rasulullah bersabda yang maksudnya "Ada dua lubang yang dapat menyebabkan seseorang masuk Neraka, yaitu lubang faraj dan lubang mulut, dua lubang ini juga dapat menyebabkan seseorang masuk Syurga".
Nafsu ini dapat kita jadikan kuda untuk ke Syurga. Ada setengah orang bila dengar nafsu, terbayang perkara-perkara jahat saja. Nafsu itu adakalanya jahat, adakalanya baik. Nafsu akan jadi baik bila dilatih. Al Imam Al Ghazali mengibaratkan nafsu itu sebagai anjing, bila dilatih dia akan dapat jadi baik.
Ulamak-ulamak Islam telah membagikan nafsu kepada 7 peringkat :
1. Ammarah
2. Lauwamah
3. Mulhamah
4. Muthmainnah
5. Radhiah
6. Mardhiah
7. Kamilah
NAFSU AMARAH
Allah berfirman dalam Al Qur'an, maksudnya :
"Tidak ada kebaikan dalam diriku, karena sesungguhnya nafsu itu senantiasa mengajak kepada kejahatan"
[Yusuf : 53]
Dalam ayat tadi, ada kaitan dengan peristiwa Nabi Yusuf dan Siti Zulaikha, isteri perdana menteri Mesir. Barang siapa yang memiliki nafsu ammarah, dia tidak dapat tahan lagi untuk menjaga kehormatan dirinya, walaupun dia orang terkenal, akan jatuh jadi hinalah orang yang menurutkan nafsu ammarah. Orang yang memiliki nafsu ammarah, tidak mampu lagi untuk menjaga dirii supaya tidak terjerumus ke dalam maksiat. Mengapa kita lihat orang yang tidak disangka-sangka tiba-tiba minum arak, punya simpanan perempuan, korupsi dan sebagainya. Ini adalah nafsu ammarah yang ada dalam diri.
Nafsu inilah yang mendorong manusia kepada kejahatan. Jika bisa berbuat maksiat, baru terasa puas. Bahkan berlomba-lomba, siapa yang paling banyak buat maksiat. Orang yang berada di peringkat nafsu Ammarah tak peduli dengan Akhirat. Mudah kecewa tidak tahan bila diuji. Allah panjangkan umur mereka, agar puas dengan maksiat, bila mati dengan mudah Allah akan lemparkan ke dalam api Neraka. Orang yang mempunyai nafsu Ammarah adalah nafsu ahli Neraka. Ada juga yang mencoba berpura-pura baik, agar mudah dengan kejahatan dan mencari keuntungan diri.
NAFSU LAWWAMAH
Orang yang sudah ada bunga kesadaran, keinsafan, dia sadar kejahatan itu berdosa dan kebaikan itu pahala, dia ingin berbuat baik, tetapi tidak tahan lama, waktu jatuh dalam kejahatan dia resah tak tentu arah, walaupun dia puas dengan kejahatan tapi hati menderita dengan kejahatan. Rasa berat untuk keluar dari kejahatan. Timbul perebutan antara nafsu dan akal, nafsu mengajak kepada kejahatan, akal mengajak kepada kebaikan. Orang yang memiliki nafsu lawwamah belum dapat membuat keputusan untuk berbuat baik baik. Ia seperti daun lalang, ikut kemana arah angin bertiup. Tidak ada kekuatan untuk meninggalkan maksiat, dia bisa melakukan kejahatan lagi sesudah ia berbuat baik. Kadang-kadang ke tempat ibadah, kadang-kadang ke tempat maksiat, hatinya selalu merintih kepada Allah bila tidak dapat melawan nafsu untuk membuat maksiat. Atau tidak dapat istiqomah dalam berbuat kebaikan.
NAFSU MULHAMAH
Firman Allah artinya :
"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu, jalan kejahatan dan ketaqwaan"
[Asy-Syams : 8]
Bagaimana rasa hati orang yang memiliki nafsu mulhamah ini ? Yaitu apabila hendak berbuat amal kebajikan terasa berat. Dalam keadaan bermujahadah dia berbuat kebaikan-kebaikan karena sudah mulai takut kemurkaan Allah dan Neraka. Bila berhadapan dengan kemaksiatan, hatinya masih rindu dengan maksiat, tetapi hatinya dapat melawan dengan mengenangkan nikmat di Syurga.
Dalam hatinya masih banyak sifat-sifat mazmumah. Dia sudah dapat mengenali penyakit yang ada dalam dirinya. Cuma tidak bisa lawan. Dia mencoba beribadah dengan sabar. Rasulullah bersabda kepada orang ini yang artinya :
"Beribadahlah kepada Allah dalam dirinya, Cuma tidak boleh rasa syukur dengan rasa sabar"
Apa arti sabar ?
Sabar itu menahan rasa tidak setuju dalam hati, melahirkan rasa setuju. Orang yang nafsu mulhamah, bila kena puji pasti dah rasa puas dan seronok. Ibadah yang dilakukan belum boleh khusyuk lagi. Bagaimana untuk melawan penyakit hati yang ada dalam orang yang berada di peringkat nafsu mulhamah ini ? Sebab ia didorong oleh nafsu dan syaitan. Sebab itu untuk mengelak dari godaan syaitan dan nafsu kena amalkan zikir-zikir dan wirid-wirid tertentu. Syaitan dan nafsu hanya takut pada tuannya saja yaitu Allah. Bila kita wirid dan zikir seolah-olah kita beritahu bahwa Allah melihat. Bila amal kebajikan itu dibuat karena Allah, bukan karena orang insya Allah istiqomah. Kalau amal kebajikan dibuat karena orang atau guru, tidak lama, ia akan buat apabila berhadapan dengan orang atau guru saja, di belakang guru dia dapat buat maksiat. Jadi setiap kebajikan mesti dibuat karena Allah. Orang yang pada peringkat nafsu ini juga perlu dipimpin oleh guru-guru atau syaikh-syaikh yang betul-betul kenal jiwa muridnya atau yang boleh mengasuh murid-muridnya.
Bila penyakit-penyakit hati sudah tiada lagi, ia akan rasa satu kemanisan baru dalam hatinya dan akan rasa benci dengan kejahatan. Waktu itu dia telah meningkat ke taraf nafsu yang lebih baik lagi yaitu nafsu Muthmainnah
NAFSU MUTHMAINNAH
Orang yang memiliki nafsu muthmainnah, Allah berfirman dalam Al Qur'an :
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang redha dan diredhai, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Syurga-Ku"
[Al Fajr : 27-30]
Hamba Tuhan yang sebenarnya mereka yang telah sampai kepada nafsu Muthmainnah. Sebelum itupun hamba juga. Cuma hamba yang didasarkan kepda dia buat atau dipaksa, bukan atas dasar keredhaan. Orang yang sudah sampai kepada nafsu ini, dia sudah dijamin Syurga.
Bagaimana sifat orang-orang yang memiliki nafsu Muthmainnah ? Yaitu bila dia buat amal. Kebajikan rasa sejuk hatinya, tenang dan puas. Selalu rasa rindu nak buat kebajikan, mereka senantiasa menunggu waktu untuk beribadah kepada Allah. Mereka ini dikatakan penggembala matahari (senantiasa menunggu waktu beribadah)
Hati senantiasa rindu dengan Allah, bila dia baca ayat Allah yang ada kaitannya dengan Neraka, dia rasa takut, cemas, ada yang pingsan, kadang-kadang ada yang mati. Dia takut dengan dosa, seolah-olah gunung akan menimpa kepalanya. Bila berkorban habis-habisan, baru rasa puas hatinya, senantiasa cemas dengan maksiat dan coba cegah habis-habisan. Dia akan bersabar dengan ujian dari Allah kepada dirinya. Doanya mustajab, Allah cepat kabulkan, rezekinya terjamin, dijamin oleh Allah. Bila selalu diuji dia sabar, akhirnya ia sudah bisa redha dengan ujian. Hasil dari kesabaran dan keredhaan dalam hatinya, maka ia akan meningkat kepada nafsu yang kelima yaitu nafsu Rodhiah.
NAFSU RODHIAH
Sifatnya :
Walau kecil tentang larangan, ia akan tinggalkan sungguh-sungguh, bagi dia makruh, dia anggap macam haram, yang sunat dia anggap macam wajib. Kalau tidak buat yang sunat seolah-olah rasa berdosa, kalau kita lihat riwayat mereka kadang-kadang kalau anak mati mereka berkata "Alhamdulillah". Pernah terjadi dalam sejarah, seorang ibu bila orang membawa berita tentang anaknya yang gugur di medan jihad. Dia rasa gembira, orang ini suda bisa jauhkan diri dari perkara yang syubhat, bila disuruh pada jihad pada jalan Allah mereka sambut macam hari raya. Kalau kita lihat takbir hari raya itu adalah hasilnya dan takbir selepas para sahabat mendapat kemenangan di peperangan Khandak.
Setengah mereka kalau dilarang ke medan jihad mereka menangis, di dalam Al Qur'an ada disebut "asnabul buka" sebanyak 18 orang, bila Rasulullah tiada kendaraan untuk bawa mereka dalam peperangan Tabuk. Mereka menangis siang dan malam mengadu kepada Allah, apakah dosa mereka karena tidak dipilih ke medan jihad. Hingga Allah turunkan wahyu kepada Rasulullah bahwa mereka menangis sepanjang malam, mereka sangka mereka banyak dosa. Mereka begitu cinta dengan mati syahid. Mereka redha terhadap apa yang Tuhan redha.
Dalam beribadah kepada Allah, bukan sekedar sedap membaca, bahkan sedap beramal. Akhlak mereka terpuji di sisi Allah. Dapat memberi maaf ketika berkuasa. Satu peristiwa, sahabat Rasulullah yang memiliki hamba, suatu hari hambanya bawa dulang, yang berisi daging kambing, tiba-tiba pisau yang terletak di atas dulang terjatuh di kepala anaknya yang sedang merangkak dan terus mati. Dalam keadaan demikian hamba tadi merasa takut, maka kata sahabat tadi "Bertenanglah kamu, anak itu Allah punya, Allah ambil balik, maka pada hari ini aku memerdekakan kamu"
Tidak ada siapa yang boleh berbuat demikian kecuali mereka yang memiliki nafsu Rodhiah. Mereka akan rasa menderita bila sahabat terjerumus kepada maksiat. Mereka akan doakan khusus untuk sahabatnya di malam hari agar terselamat dari maksiat. Mereka juga banyak mendapat pertolongan dari Allah, diantaranya firasat yang Allah berikan, mereka mudah kenal dengan orang yang berbuat maksiat atau tidak. Mereka mudah pimpin masyarakat, sebab dia kenal sifat-sifat hati. Orang yang dia didik nasehat-nasehatnya tepat, bila mereka dihalau dari masyarakat, tunggulah bala Allah akan turun. Banyak lahir karamah-karamah dari mereka, mulutnya masin apa yang disebut insya Allah akan terjadi.



Dalam perbincangan yang lalu dengan izin Allah kita telah membicarakan tentang hati (roh) dan nafsu serta bagaimana susahnya melawan nafsu (mujahadatunnafsi) sehingga kita selalu gagal menghadapinya. Artinya, kita senantiasa berada dalam dosa. Dosa-dosa itulah yang menjadi hijab antara hamba dengan Allah SWT dan karenanya juga llah memandang hamba-Nya itu dengan penuh benci dan murka. Sehingga terhijab seluruh rahmat dan kasih sayang-Nya.
Kapan ini terjadi, apa saja amal ibadah yang kita buat Allah tidak pandang dan tidak terima. Yakni pahalanya tergantung atau tidak sampai kepada Allah. Bukan itu saja, bahkan di Akhirat nanti, Allah akan hukum dengan Neraka yang maha dahsyat. Oleh itu wajib setiap hamba Allah itu bertaubat dengan segera terutamanya apabila melakukan dosa dan kesalaham
Taubat artinya kembali merujuk kepada Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang serta menyerah diri (surrender) kepada-Nya. Maka orang yang bertaubat ini ialah orang yang datang kepada Allah yang sifatnya Maha Pengampun, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menyerah diri (surrender) pada-Nya dengan hati penuh penyesalan yang sungguh-sungguh. Yakni kesal, sedih, dukacita serta rasa tak patut di atas dosa-dosa yang dilakukan sehingga menangis mengeluarkan air mata. Hati terasa remuk-redam bila memgingati dosa-dosa yang dilakukan itu. Merayu moga-moga Allah sudi mengambil perhatian. Merintih moga-moga Allah mendengar. Memohon agar Allah yang Maha Pengampun akan mengampuninya. Meminta agar Allah memandang dan memberi dengan penuh kasih sayang. Hati remuk-redam itu menjadikan anggota-anggota lahir (mata, telinga, kepala, kaki, tangan, kemaluan) tunduk dan patuh kepada syariat yang Allah tetapkan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan-perbuatan durhaka itu.
Itulah pengertian taubat. Tidak seperti setengah-setengah orang memahami pengertian taubat selama ini. Kata mereka, cukup dengan mengucapkan istighfar di mulut saja tanpa hati merasa bersalah dan berdosa. Oleh karena itu tidak semudah itu pula Allah menerima taubat hamba-hambaNya, kecuali setelah menempuh syarat-syarat (proses) yang telah ditetapkan-Nya.
Syarat-syarat taubat dapat dibagi menjadi dua, seperti dosa dan pahala terbagi kepada dua. Yaitu syarat taubat diatas dosa dan kesalahan kepada Allah dan juga dosa dan kesalahan kepada sesama manusia. Antara syarat-syarat taubat yang berhubungan dengan Allah ialah :
Pertama:
Menyesal sungguh-sungguh di atas dosa-dosa yang telah dilakukannya. Yakni terasa kesal, sedih, dukacita, rasa tidak sepatutnya melanggar syariat Allah. Sekaligus datang perasaan menyerah diri pada-Nya.
Kedua:
Berazam sungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi perkara-perkara yang menjadi larangan Allah itu.
Ketiga:
Meninggalkan perkara-perkara yang mendatangkan dosa kepada Allah baik dosa besar maupun dosa kecil.
a. Diantaranya contoh dosa-dosa besar ialah meninggalkan shalat, tidak puasa, meramal nasib, minum arak, zina, judi, sogok, riba, memfitnah, mengumpat, membunuh dan lain-lain lagi.
b. Diantara dosa-dosa kecil ialah membuka aurat, bergaul bebas antara lelaki dan perempuan, melihat aurat yang bukan muhrim, mendengar nyanyian yang menaikkan nafsu syahwat, bercakap-cakap yang cabul, bergurau berlebih-lebihan, membazir dan lain-lain lagi.
Oleh karena itu kalaulah selama ini ia terlibat dengan perbuatan yang haram (seperti riba, minum arak, dll) maka dia tidak akan buat lagi atau terus meninggalkan perbuatan tersebut. Juga kalau ia terlibat dengan dosa meninggalkan perkara-perkara wajib (seperti tinggal shalat dan tinggal puasa), maka ia takkan meninggalkannya lagi. Artinya ia terus melaksanakan perkara-perkara yang wajib dengan bersungguh-sungguh dan membayar (qada') segala perintah wajib yang tertinggal itu.
Sekiranya seseorang itu berbuat dosa dan kesalahan yang ada hubungan sesama manusia, antara syarat-syarat taubt yang harus ditempuhnya ialah :
Pertama:
Menyesal sungguh-sungguh di atas segala kesalahan atau kejahatan yang dibuatnya yang ada hubungan dengan orang lain itu. Rasa sedih, dukacita dan rasa tidak patut dia berbuat begitu, benar-benar terasa di hatinya.
Kedua:
Berniat sungguh-sungguh meninggalkan (atau tidak mengulangi) perkara-perkara yang mendatangkan dosa yang ada hubungan dengan manusia.
Ketiga:
Meninggalkan semua perkara-perkara yang mendatangkan dosa kepada manusia.
Keempat:
Meminta maaf atau minta redha (halal) di atas dosa-dosa dengan manusia (orang yang bersangkutan) atau membayar gantirugi atau memulangkan barang yang telah diambil itu. Dosa-dosa sesama manusia ini kalau hendak kita sebutkan terlalu banyak. Secara ringkasnya, ia dapat dibagikan menjadi empat kategori, yaitu:
1. Dosa yang ada hubungan dengan harta seperti htang yang tidak dibayar, harta yang dicuri, dirampas, ditipu, dibinasakan dan lain-lain lagi. Ini semua harus minta dihalalkan atau harus minta maaf kepada orang yang bersangkutan, atau harus dibayar hutang tersebut, atau harus dibayar berupa gatiruginya dan seumpamanya.
2. Dosa yang ada dengan hubungan pribadi, seperti memukul, menempeleng, menyubit, merotan, mendera seperti push up, mengikat dirinya, merantai, menyiksa dengan benda-benda tajam atau binatang bisa, mencacatkan anggota atau memotong anggotanya, mengurung atau memenjarakan dan lain-lain. Dosa-dosa ini semuanya harus ditebus dengan meminta maaf kepada orang yang berkenaan. Atau menerima hukuman mengikut ketentuan dari syariat, sekiranya orang itu meminta dikenakan hukuman diatas perbuatan kita itu.
3. Dosa yang ada hubungan dengan kehormatan atau agamanya. Seperti memberi malu di kalangan khalayak ramai, mengumpat dirinya, menghina dia, menuduh dia dengan tuduhan-tuduhan yang tidak benar, fitnah dan lain-lain kesalaahn. Ini semua harus ditebus dengan minta maaf atau minta redha.
4. Dosa yang ada hubungan dengan keluarganya, seperti pernah memegang-megang, meraba-raba, mencium-cium anak gadisnya atau menzinai anggota keluarganya atau membunuh ahli keluarganya dan lain-lain. Maka hendaklah minta maaf dan minta redha dari keluarganya. Kalau mereka tidak redha atau tidak memaafkan, maka mesti sanggup untuk diapa-apakan saja oleh pihak keluarganya itu. Misalnya, apakah dipukul, ditempeleng, dan sebagainya, mengikut yang ditentukan oleh syariat seperti yang disahkan oleh mahkamah.
Disini dapat kita lihat, bahwa bertaubat atas dosa kepada sesama manusia lebih berat daripada dosa kepada Allah. Ia harus menempuh empat syarat tetapi dosa kepada Allah hanya cukup menempuh tiga syarat saja. Jadi semua tuntutan syariat ini harus dibuat mengikut kaedah-kaedah tadi barulah taubat itu diterima Allah. Sungguhpun begitu bukan mudah untuk menunaikan syarat-syarat ini melainkan setelah memiliki hati yang benar-benar ikhlas dan surrender (menyerah sebulat hati) pada-Nnya. Kalau tidak dapat menunaikan syarat-syarat ini, tetap juga taubat itu tidak diterima. Orang yang egonya tinggi amat berat untuk bertaubat. Lebih-lebih lagi dosa yang dilakukan itu kepada sesama manusia.
Begitulah kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya kalau mereka membuat dosa-dosa, masih ada peluang bertaubat untuk mendapatkan keampunan dari Allah dengan menempuh syarat-syarat yang telah disebutkan. Kecuali dosa-dosa syirik, yang tidak dapat keampunan dari Allah. Ia telah dinyatakan-Nya di dalam firman-Nya yang maksudnya :
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa syirik tetapi mengampuni selain itu"
Maknanya selain syirik, orang-orang yang bertaubat daripada dosa-dosanya akan diampunkan oleh Allah. Apabila diampunkan, maka samalah ia seperti orang yang tidak berdosa. Sabda Rasulullah SAW yang maksudnya :
"Orang yang bertaubat daripada dosa maka sepertilah orang yang tidak berdosa"
Allah juga memberitahu kita dalam firman-firman-Nya yang maksudnya :
"Maka barangsiapa yang bertaubat, sesudah melakukan kejahatan itu dan membaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Setelah Allah memberitahu, Dia juga bertanya kepada kita, Maksudnya :
"Tidakkah kamu tahu, sesungguhnya Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, disiksanya siapa yang dikehendaki-Nya dan diampuni-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu"
[Surat 5 ayat 39 & 40]
Allah berfirman lagi, maksudnya :
"Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri kemudian dia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
[Surat An Nisa : 110]
Berdasarkan hadis-hadis dan ayat-ayat Al Qur'an tadi dapat dipahami bahwa wajib setiap orang Islam itu bertaubat daripada dosa-dosanya. Supaya tidak menjadi hijab antara dia dengan Allah SWT. Setelah bersih daripada dosa, hijab pun terangkat. Terhubunglah kembali kasih Allah yang terputus selama ini. Dia memandang hamba-Nya itu dengan pandangan penuh kasih sayang sehingga rahmat-Nya melimpah ruah. Justru itu hiduplah si hamba yang bertaubat itu dengan penuh bahagia di dunia dan mendapat balasan Syurga di Akhirat.
Demikianlah jika sebaliknya terjadi. Kalau hamba itu tidak bertaubat daripada dosa-dosanya, artinya dia senantiasa berada dalam keadaan dosa. Maka terhijablah dia dengan Allah SWT. Hubungannya dengan Allah terputus. Di waktu itu Allah memandangnya dengan penuh kebencian dan kemurkaan. Rahmat dan kasih sayang Allah terputus. Sehingga seluruh pahala amal ibadahnya tergantung. Di Akhirat nanti Allah siksa lebih dahulu dengan azab yang amat pedih.
Sebab itu Allah minta dan membujuk hamba-hamba-Nya supaya segera bertaubat. Firman-Nya yang artinya:
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhan-Mu dan kepada Syurga yang luasnya seluas langit dan bumi…"
[Surat Ali Imran : 133-136]
Berdasarkan ayat ini Allah meminta kita segera bertaubat. Yakni membersihkan diri dari dosa, dengan menyerah diri sepenuh hati pada Allah, sebelum kedatangan mati atau sebelum bertemu dengan-Nya karena mati itu tidak tahu kapan waktunya. Boleh jadi mendadak datang tiba-tiba. Setelah bertaubat, Allah menyuruh kita segera mengejar Syurga. Yakni dengan cara melakukan alam soleh atau amal kebaikan seperti berjuang, berkhidmat kepada masyarakat, bersedekah, menahan marah, memaafkan kesalahan orang dan sebagainya.
Orang yang tidak bertaubat artinya orang yang berdosa. Jika dalam waktu yang sama ia beribadah atau menghadap Allah, perbandingannya sama dengan seorang rakyat datang menghadap raja. Seorang yang terlibat dengan dosa-dosa besar seperti seorang rakyat yang mau bertemu raja, sedangkan seluruh badan dan pakaiannya penuh dengan najis kotoran anjing yang sangat busuk dan sangat menjijikkan. Najis kotoran anjing itu kan najis mughallazah, yakni najis yang amat berat. Jadi bukan saja tidak dapat bertemu dengan raja, bahkan waktu di pagar istana lagi dia sudah ditangkap dan dihukum penjara oleh pengawal-pengawal istana, dianggap mengotori majlis istana.
Adapun orang yang melakukan dosa-dosa kecil seperti seorang rakyat yang mau bertemu dengan raja tapi badan dan pakaiannya penuh dengan najis kotoran ayam atau kotoran kucing atau kotoran lembu yang sangat dibenci oleh orang. Seperti nasib orang tadi juga, belum sempat bertemu dengan raja, di pagar istana lagi sudah ditangkap dan dihukum penjara. Cuma hukumannya mungkin agak ringan sedikit dibandingkan dengan orang yang pertama tadi.
Demikianlah juga terjadi dengan orang yang melakukan perbuatan-perbuatan makruh. Orang ini seperti orang yang badan dan pakaiannya penuh dengan lumpur atau debu-debu dan abu atau peluh yang busuk dan berbau hapak tapi bukan bernajis. Tiba-tiba mau menghadap raja. Mungkin dia tidak dihalang untuk ke majelis raja tapi akan dimarahi dan ditempeleng oleh pengawal raja dianggap tidak bersopan. Walaupun tidak ditangkap dan dipenjara tapi akan diberi malu juga dimarahi.
Oleh karena itu untuk bertemu raja harus ada syarat-syaratnya yang harus dijaga supaya senantiasa berdisiplin yaitu kemas, bersih, rapi dan tahu adab-adab menghadap raja. Kalau tidak, di luar istana lagi dihalau, tidak diterima masuk menghadap dan ditangkap untuk dipenjarakan. Demikianlah juga dengan orang-orang yang melakukan kesalahan, apakah dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil, kalau tidak bertaubat, di Akhirat dia tidak berpeluang melihat zat Allah yang Maha Indah. Sebaliknya, tempatnya adalah Neraka yang amat pedih dan amat dahsyatnya. Yang melakukan perbuatan makruh kalau tidak bertaubat walaupun tidak diazab dengan siksaan Neraka tapi Allah memandang dengan penuh benci. Dia dimarahi, dihardik dan diberi malu di depan makhluk-makhluk lain. Sehingga malu yang dirasakan pada kita waktu itu tidak terhingga dan terkata. Sehingga cair dan gugurlah segala daging-daging berjatuhan dari urat-urat dan kulit-kulit daging dan akhirnya tinggallah rangka-rangka yang sangat buruk dan mengerikan. Begitulah penanggungan malu yang dirasakan waktu itu.
Itu baru azab malu sudah tidak mampu ditanggung oleh kita. Hanya baru terlihat perbuatan makruh, yang Allah sudah benci. Gambarkanlah siksaan yang akan ditanggung kalau melakukan dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil. Sudah tentu sangat pedih azab dan siksanya. Oleh karena itu marilah kita sama-sama bertaubat dari segala dosa-dosa. Baik dosa-dosa besar, dosa-dosa kecil dan perbuatan yang dibenci yaitu makruh. Moga-moga kita menjadi orang yang bertaubat dan taubat kita diterima oleh Allah.

Tidak ada komentar:

Contact Me :

Tri Handayani
email : peribaikhati00@yahoo.co.id
web : peribaikhati00.blogspot.com
Phone : 0813 4629 8192